Lirik lagu “Kweiya” oleh Pangalo!, dengan kolaborasi Tuan 13, Insthinc, dan Rand Slam, merupakan sebuah pernyataan kuat tentang perjuangan dan perlawanan dari perspektif Papua terhadap penjajahan, eksploitasi alam, dan ketidakadilan sosial. Lagu ini membangkitkan suara dari tanah Papua yang teraniaya dan menegaskan semangat untuk merdeka. Mari kita merenungkan lirik-lirik yang kuat ini.

Lirik Lagu Kweiya

[Chorus: Pangalo!]
Loreng-loreng berseragam, mematok tanahku
Memagari pikiranku, juga anak cucuku
Terdengar letus senjata, satu hilang nyawanya
Terdengar sabda paduka, tanah kami berdarah
Oea ea ea oo, aea ea oo
Oea ea ea oo, aea ea eoo

[Verse 1: Pangalo!]
Mama kami sudah sejahtera, tanpa ada tentara
Tak perlu penjaga, kami hidup dilindungi semesta
Bila kau ingin bicara, tolong dengan mulut nurani dan cinta
Bukan moncong senjata begitu lihati dan telinga
Sagu yang menghidupi kami mengapa kau tebangikah?
Lumbung padi kau lestari lambung kami, apakah kau pedulikah?
Ribuan terbunuh di atas nama pembangunan;
Hutan suci nenek moyang kau sulap menjadi tambang (hey)
Biar kami tentukan nasib sendiri
NKRI harga mati, mati demi investasi
Tak inginkan freeport, kami ingin free derespot
Menghasrati kebebasan hidup macam kweiya
Kami burung cendrawasih yang hanya indah bila sayapnya merdeka
Satu nusa satu bangsa, kalian dewa kami kera
Dan bhineka tunggal ika, mohon maaf tunggal jawa
Kau mengaku dirimu sebagai saudara
Tapi yang kau tau dari papua hanya koteka
Kawan-kawan lawan ini waktunya dirimu membangkang, tantang
Sudah cukup banyak darah kini waktunya menolak terbungkam
Suaramu tak pernah terdengar sebab mereka mengontrol media
Maka kau kobarkan harapanmu jangan diam 5x

[Chorus: Pangalo!]
Loreng-loreng berseragam, mematok tanahku
Memagari pikiranku, juga anak cucuku
Terdengar letus senjata, satu hilang nyawanya
Terdengar sabda paduka, tanah kami berdarah
Oea ea ea oo, aea ea oo
Oea ea ea oo, aea ea eoo

[Verse 2: Tuan Tigabelas]
Mereka datang bergerombol membawa senjata api
Ambil tanah tanpa permisi beserta isi
Anak emas diperlakukan seperti anak tiri
Dipeta-petakan dijual ke korporasi
Matahari dari timur dan turun ke barat
Jika timur engkau ganggu maka baratmu sekarat
Ini tanah perjanjian maka kau kualat
Percaya suatu saat nanti pasti kau melarat
Dasar kalian k-parat, kalian bawa mudarat
Angkat kakimu dari laut, udara juga darat
Emas kami berkarat-karat kau rampok kami tak dapat
Lepaskan seragammu kalian budak korporat
Hey bodat sana tobat, pergi jangan mendekat
Hutanku sekarang gundul, padahal dulu lebat
Kau babat pasang sekat, lalu kau kawal ketat
Masuk dengan siasat, kau buat kami terjerat
Anak menangis bapaknya telah mati
Jatuh ke tanah disenjata api
Anakpun marah lihat yang terjadi
Dia dendam siklus berulang lagi

[Chorus: Pangalo!]
Loreng-loreng berseragam, mematok tanahku
Memagari pikiranku, juga anak cucuku
Terdengar letus senjata, satu hilang nyawanya
Terdengar sabda paduka, tanah kami berdarah
Oea ea ea oo, aea ea oo
Oea ea ea oo, aea ea eoo

[Verse 3: Insthinc]
Check integrasi paksa, investasi lancar
Informasi kandas birokrasi punya mantra
Teror rasis menyalak, tengok papua menyala
Loreng seragam keluar barak, bonceng neraka depan mata
Tanah cendrawasih lahan tempat tembak mati
Yang teriak merdeka berikan cap separatis
Infrastruktur bukan main, fulus dibikin desain
Lencana di tangan fasis, bencana yang datang pasti
Seribu titik api yang dititip korporasi
Tak sulit dikenali combo jenderal yang kendalikan
Barisan, warisan, kolonial kalikan
Sepuluh ribu lagi wujud rezim yang menari (what)
Diantara puing gusuran dan lahan sawit
Barisan tambang, bandara pabrik hingga pembangkit
Konflik terakit, lobi elit bertaring
Motif pelatuk ditarik, vonis jasad terbaring (ah)
Saksikan flow berganti bak misi parpol berlapis
Menarik garis demarkasi, kala rima terparkir
Buka relasi premis takdir mesin kasir
Bawa pekik dan nyali yang mustahil diteralis

[Chorus: Pangalo!]
Semua yang telah kau rampas kan kami tagih
Sagu yang pernah kau tebang kan tumbuh lagi
Nyawa yang pernah menghilang lahir kembali
Kepalan tanganku semakin tinggi
Oea e ee, oea e ee
Oea ea ea oo, aaa ea eo

[Verse 4: Rand Slam]
Kumpulan orang b-ngsat sedang jual obral b-ngsat
Tanpa pikir diri yang lenyap berubah mayat
Pilunya pandang ditambah peluh dan darah
Perlukan khayal tuk rasa pelukan Mama
Merdunya nada Cendrawasih telah mati
Angkat suara tagih janji di tembaki
Polisi dan tentara k-parat bersenjata
Pandai berkata lantas peralat seenaknya
Kesenjangan dibalut dalam kesan bahwa
Pembangunan ini karena Nusantara
Ah kau tak dapat tipu lagi
Kebangsatanmu tak setara warna biru langit
Berapa yang diculik dan dibui dikebumikan
Berapa yang kau usir dan kau curi hasil buminya
Juga hunian yang kau jarah dan gusur
Lalu marah saat ku angkat panah dan busur
Harapku untuk kalian hanyalah maut
Demi barisan nisan tak bernama karenamu
Kan ku balas tuk yang tergolek tak bernyawa
Loreng-loreng berseragam, l-nte-l-ntenya penjajah

[Chorus: Pangalo!]
Semua yang telah kau rampas kan kami tagih
Sagu yang pernah kau tebang kan tumbuh lagi
Nyawa yang pernah menghilang lahir kembali
Kepalan tanganku semakin tinggi
Semua yang telah kau rampas kan kami tagih
Sagu yang pernah kau tebang kan tumbuh lagi
Nyawa yang pernah menghilang lahir kembali
Kepalan tanganku semakin tinggi
Oea e ee, oea e ee
Oea ea ea oo, aaa ea eo
Oea e ee, oea e ee
Oea ea ea oo, aaa ea eo

Deskripsi

Lirik lagu “Kweiya” adalah sebuah seruan perlawanan dan pemberontakan yang mendalam dari sudut pandang Papua, sebuah wilayah yang lama terpinggirkan di Indonesia. Lirik lagu ini memaparkan berbagai isu yang telah menjadi perjuangan sejak lama bagi masyarakat Papua, seperti penjajahan, eksploitasi alam, dan ketidakadilan sosial.

  1. Perlawanan Terhadap Penjajahan: Lirik lagu ini menciptakan suasana perlawanan terhadap penjajahan yang telah lama dialami oleh Papua. “Loreng-loreng berseragam” menggambarkan kehadiran militer yang telah lama mengawasi dan menduduki tanah Papua. “Mama kami sudah sejahtera, tanpa ada tentara” adalah pernyataan bahwa masyarakat Papua mendambakan perdamaian dan kemerdekaan dari penjajahan.
  2. Eksploitasi Alam: Pengrusakan lingkungan alam Papua, terutama melalui pertambangan dan deforestasi, adalah salah satu isu yang ditekankan dalam lirik lagu ini. “Sagu yang menghidupi kami mengapa kau tebangikah?” menggambarkan bagaimana eksploitasi alam merusak sumber daya alam yang penting bagi masyarakat Papua.
  3. Perjuangan untuk Kemerdekaan: Lirik-lirik seperti “Menghasrati kebebasan hidup macam kweiya” mencerminkan semangat perjuangan masyarakat Papua untuk mencapai kemerdekaan dan hak yang setara dengan wilayah lainnya di Indonesia. “Kan ku balas tuk yang tergolek tak bernyawa” adalah pernyataan ketidakpuasan terhadap kekerasan dan ketidakadilan yang terjadi.
  4. Pesan Kesatuan dan Keadilan: Lirik lagu ini juga mengangkat tema persatuan dan kesadaran akan perjuangan bersama. “Satu nusa satu bangsa, kalian dewa kami kera” menekankan perlunya pengakuan dan perlakuan yang adil terhadap semua warga negara Indonesia, termasuk masyarakat Papua.
  5. Kritik Stereotip: Lirik “Kau mengaku dirimu sebagai saudara, tapi yang kau tau dari Papua hanya koteka” mengkritik stereotip dan ketidakpedulian tentang budaya dan perjuangan sebenarnya yang ada di Papua. Hal ini menyoroti perlunya pemahaman yang lebih mendalam tentang Papua.

“Kweiya” adalah sebuah karya seni yang kuat yang membawa perasaan, harapan, dan keinginan masyarakat Papua untuk hak yang lebih adil dan kebebasan sejati. Dengan lirik yang kuat dan tema yang dalam, lagu ini menggugah pemikiran dan perasaan pendengarnya tentang isu-isu sosial dan politik yang telah lama menjadi fokus perjuangan masyarakat Papua.

FAQs

Apa yang dimaksud dengan “Loreng-loreng berseragam, mematok tanahku” dalam lirik lagu?

Lirik ini mengacu pada kehadiran tentara atau pasukan berseragam yang menduduki dan mengklaim tanah adat Papua.

Apa arti dari “Tanah kami berdarah” dalam konteks lirik lagu?

Ini menggambarkan penderitaan dan konflik yang telah terjadi di Papua, yang telah menelan korban jiwa dan mewarnai tanah dengan darah.

Apa yang dimaksud dengan “Kau mengaku dirimu sebagai saudara, tapi yang kau tau dari Papua hanya koteka”?

Lirik ini mengkritik ketidakpedulian dan stereotip tentang Papua yang mungkin ada di masyarakat Indonesia di luar Papua. “Koteka” adalah busana tradisional Papua yang sering kali hanya diidentikkan dengan Papua, sementara budaya dan perjuangan sebenarnya jauh lebih kompleks.

Mengapa lagu ini mengkritik eksploitasi alam?

Papua memiliki alam yang kaya dan beragam, namun seringkali sumber daya alamnya dieksploitasi tanpa memberikan manfaat yang adil kepada masyarakat Papua. Lagu ini menyuarakan perlawanan terhadap eksploitasi ini.

Apa pesan utama dari lagu “Kweiya”?

Pesan utama lagu ini adalah perlawanan, keinginan untuk meraih kemerdekaan, dan keadilan bagi masyarakat Papua yang merasa terpinggirkan dan teraniaya.

Credits

Written By
Pangalo!, Tuan 13, Insthinc, Rand Slam/10
Label
Hurje Records/10
Release Date
March 25, 2022/10

You cannot copy content of this page