Persetan Industri

“Persetan Industri” adalah sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Explicit Verbal. Lirik lagu ini mengungkapkan sikap tegasnya terhadap industri musik yang seringkali didominasi oleh kepentingan finansial dan kualitas musik yang merosot. Postingan ini akan mencakup lirik lengkap dari lagu “Persetan Industri,” deskripsi singkat dan beberapa pertanyaan umum (FAQs) yang membantu pendengar lebih memahami pesan dalam lagu ini.

Lirik Lagu Persetan Industri

[Intro]
Persetan mereka yang berlomba-lomba
Tak kenal berjuang demi dapat uang

[Verse 1]
Aku memang musisi indie
Yang tak pernah muncul di televisi
Tampil lipsync di musik pagi-pagi
Gerakku sendiri tak butuh industri
Tak manipulasi tangga lagu
Buat apa nomor satu bila palsu
Langkahku mandiri tak butuhkan drama
Tak busuk taktik naikkan nama
Persetan label bila gunakan trik
Musisi yang baik diubah jadi licik
Jalan pintas naik dengan sejumlah uang
Makin mulus didukung oleh tampang
Tak perlu kualitas bila melac-r
Cukup poles tebal yang berawal hancur
Pundi kekayaan pun tumpah ruah
Masyarakat pun kian dijejali musik sampah

[Chorus]
Persetan mereka yang berlomba-lomba
Tak kenal berjuang, demi dapat uang
Menjual sensasi, tak ada esensi
Dengan jalan pintas, dianggapnya pantas

[Verse 2]
Memang ku masih underdog
Tapi bila skill diadu kau keok
Dalam berkarya kau terus praktis
Tak alami berjuang, jalanmu statis
Kualitas generik, kupangkas tuntas
Kumerdeka dan bebas, kau di jalan pintas
Disetir turuti selera pasar
Tak punya prinsip musikmu kesasar
Lagu romantismu penuh dengan tangis
Punyaku lebih real dan optimis
Tak ada sesuatu yang dibatasi
Budak major label, tema lagumu basi
Dalam jangka bulan mudah terlupakan
Yang naik tak berjuang mudah tersingkirkan
Sementara kuterus berjalan
Tak peduli apapun yang jadi halangan

[Chorus]
Persetan mereka yang berlomba-lomba
Tak kenal berjuang, demi dapat uang
Menjual sensasi, tak ada esensi
Dengan jalan pintas, dianggapnya pantas

[Verse 3]
Dengan bekal seadanya
Namun hasilku jauh diatas rata-rata
Tak perlu dikte, jalan terus
Tak jadi murahan, ikuti arus
Karyaku murni tanpa sandiwara
Tak pernah halalkan segala cara
Tak bermain aman ciri pengecut
Tak saling jegal tak saling sikut
Tetap fokus pada karya terbaik
Bukan bagaimana jadi artis munafik
Yang cuma bermusik, memburu uang
Yang berkarya hanya cari peluang
Buang buang pelicin agar tampil
Bukan karya dari skill yang terampil
Posisimu labil, tak punya pondasi
Bila bermusik hanya mengejar materi

[Chorus]
Persetan mereka yang berlomba-lomba
Tak kenal berjuang, demi dapat uang
Menjual sensasi, tak ada esensi
Dengan jalan pintas, dianggapnya pantas

Deskripsi

Lirik lagu “Persetan Industri” mencerminkan sikap independen dan kualitas dalam bermusik oleh Explicit Verbal. Ia mengecam industri musik yang cenderung mengorbankan kualitas demi keuntungan finansial. Lirik-liriknya mencakup:

  • Penolakan terhadap jalan pintas untuk mendapatkan popularitas dengan cara-cara yang tidak etis dalam industri musik.
  • Kritik terhadap label rekaman yang menggunakan trik untuk mengubah musisi yang baik menjadi manipulatif dan hanya mencari uang.
  • Dukungan untuk musisi independen yang tetap setia pada kualitas musik dan tidak hanya mencari popularitas atau kekayaan.

FAQs

Siapa yang menulis lagu “Persetan Industri”?

Lagu “Persetan Industri” ditulis oleh Aditya Ewangga, yang dikenal sebagai Explicit Verbal.

Apa tema utama dalam lirik lagu ini?

Tema utama dalam lirik lagu ini adalah penolakan terhadap praktik-praktik negatif dalam industri musik yang mengorbankan kualitas demi keuntungan finansial.

Apa pesan yang ingin disampaikan oleh Explicit Verbal melalui lagu ini?

Pesan yang ingin disampaikan adalah pentingnya tetap setia pada kualitas musik, kemandirian, dan ketulusan dalam berkarya di industri musik yang seringkali penuh dengan tekanan ekonomi.

Apakah lagu ini menyindir industri musik secara umum?

Ya, lagu ini menyindir praktik-praktik negatif dalam industri musik yang lebih fokus pada keuntungan finansial daripada pada musik itu sendiri.

Credits

Performed By
Explicit Verbal/10
Written By
Aditya Ewangga/10

You cannot copy content of this page